
Kali ini Emha Ainun Nadjib dan Gamelan Kiai Kanjeng telah mempersiapkan pagelaran musik-puisi berjudul ‘Presiden Balkadaba’. Pertunjukan jenis puisi bertutur dengan iringan musik ini sudah dipentaskan di Gedung Utama Balai Pemuda di Jl. Gubernur Suryo 15 Surabaya, selama dua hari, 9 – 10 Juni 2009. Pagelaran yang sama juga digelar kembali di Gedung Kesenian Jakarta tanggal 20 Juni 2009 dalam rangka Anniversary Festival VII – 2009.
Anda pasti bertanya apa itu Balkadaba? Balkadaba adalah salah satu binatang yang ikut serta masuk dalam rombongan perahu Nabi Nuh untuk berlindung dari banjir besar akibat pencairan kutub selatan yang kemudian mengubah dataran sangat luas dari timur Afrika hingga Papua menjadi archipelago atau kumpulan ribuan pulau-pulau. “Iblis, makhluk Tuhan yang sangat dahsyat kekuatan dan kemampuannya, serta yang penuh rahasia dan kontraversi tugas-tugasnya, diam-diam menyelundupkan dirinya ikut masuk ke perahu Nabi Nuh dengan ‘gandholan’ di ekornya Balkadaba,” terang Cak Nun.
“...Aku Balkadaba
Aku mengurai diri jadi kristal
Aku bertopeng cahaya palsu
Kupompa teknologi menuju budaya tanpa kecerdasan
Kristalku memancar melalui gelombang
Memecah pikiran manusia sampai terkeping-keping
Menyeret hati mereka ke ruang-ruang gampa
Membanting jiwa manusia hingga terputus saraf-sarafnya...”
"...Aku berpesta pora
Bersama kerumunan manusia
Yang mripatnya telah tiba pada kesanggupan yang terendah dan hina
Yakni melihat hanya beberapa warna yang paling sederhana
Serta membaca kekerdilan angka-angka
Akulah Balkadaba, kupecah diri jadi jutaan kadal-kadal
Menelusup di balik rerumputan, berhijab rimbun dedaunan
Kadal-kadalku mengepung rumahmu
Menyandera tanah, air dan pepohonanmu
Kadal-kadalku menyamar jadi berbagai jenis binatang dan manusia
Aku hadir dan menguasai pasarmu, tanpa bisa kau perhatikan
Kadal-kadalku datang untuk kalian remehkan
Karena meremehkan adalah awal mula kekalahan
Kadal-kadalku berkeliaran supaya tak kalian perhitungkan
Sebab tak dihitung orang adalah modal utama kemenangan
Aku memenuhi bumi agar terlupakan
Aku menguntit ke manapun langkah kalian
Kutandai jalan peradaban kalian yang membentang
Yang segera berujung di gerbang kehancuran...”
“...Tak perlu habiskan waktu memperdebatkan neo-liberalisme. Itu barang lawas, resminya sejak Kultuurstelsel kerja paksa 1830-1870, cuma sekarang caranya sangat canggih, halus dan tidak kentara. Modal utamanya adalah kebodohan rakyat, yang setiap zaman dibikin lebih bodoh dan lebih bodoh lagi.
Sejak Van de Venter datang dengan politik etis, hingga foundation jaman sekarang. Uang hasil perampokan global disisihkan 1-2% untuk biaya pura-pura menolong rakyat kecil. Negara itu papan nama omong kosong, apalagi kalau Pemerintahnya hanya menjadi makelar modal internasional, sehingga memilih pejabat-pejabatnya berdasarkan kepentingan itu...”
Pagelaran puisi-musik “Presiden Balkadaba” ini diselenggarakan Progress Yogyakarta kerja sama dengan Dewan Kesenian Surabaya, Forum Bangbang Wetan, Gedung Kesenian Jakarta dan Komunitas Kenduri Cinta Jakarta.
Yogyakarta, Juni 2009
0 komentar:
Posting Komentar